Selasa, 26 Desember 2017

Dear Diary...

Dear diary,
Akhirnya setelah hampir 2 tahun putus dan tidak bertemu dengannya, kini kita dipertemukan kembali dalam sebuah acara tak terduga.
Aku mengikuti pelatihan EO di Trawas, Mojokerto. Dan disanalah aku bertemu dengan dia. Dia disini bukan sebagai peserta sepertiku, tapi sebagai panitia pelaksana. Kau tau apa yang aku rasakan ketika dia berdiri di depan dan memberi materi pelatihan kepada para peserta? Deg. Dan tiba-tiba saat itu semua kenangan kita dahulu hadir kembali, semuanya berputar-putar di kepalaku.
Aku tidak yakin dia tau kalau aku ada dalam pelatihan itu, mungkin jikalau dia melihat daftar nama peserta yang jumlahnya sekitar 120 orang, dia tidak akan menyangka bahwa nama ALANA ALTHAFUNISA adalah aku. Mungkin dia akan mengira itu adalah nama orang lain yang kebetulan mirip dengan namaku.
Dear diary,
Sejak hari aku melihatnya sebagai pemateri waktu itu, jujur aku sering memikirkannya. Entah aku ingin 1 bulan disini berjalan dengan cepat atau malah sebaliknya. Feelingku masih mengatakan bahwa dia belum tau kalau aku ada disini, atau dia tau tapi cuek saja denganku? Ah, sepertinya yang pertama.
Satu hal yang aku suka dari dia sejak dulu, dan aku menikmatinya lagi hari-hari ini, aku suka mendengar dia terbahak. Entah kenapa aku selalu ikut tersenyum dan ikut bahagia setiap mendengar dia terbahak. Meskipun aku tidak tau bagaimana keadaannya paska kita putus, tapi setidaknya ketika mendengar dia terbahak aku yakin dia sedang bahagia.
Dear diary,
Hari ini minggu kedua aku mengikuti pelatihan ini. Tapi belum ada yang berubah. Sepertinya dia benar-benar tidak tau kalau aku ada disini. Mungkin itu lebih baik. Daripada kalau dia melihatku, move on yang sudah dia jalani akan kembali terguncang. Biarlah, biar aku saja yang hatinya berantakan setelah mengetahui dia ada disini. Karena, aku lebih pandai berpura-pura dan menutupi perasaan ini, kan?
Sebenarnya, jika dia mengenaliku, jika dia menyapaku, ada banyak sekali pertanyaan yang ingin ku ajukan padanya—jika aku berani. Bagaimana kabarnya? Bagaimana kabar orang tuanya? Apakah dia sudah punya pengganti diriku? Apakah dia bahagia? Apa saja kesibukannya? Dimana dan dengan siapa dia sering menghabiskan waktu? Aku ingin tau semuanya.
Dear diary,
Kau tau? Dia kekasih terbaik yang pernah ku miliki. Dia lelaki yang tidak banyak omong, tapi justru itu yang membuat lelaki terlihat cool di mata cewek kan?. Aku suka dengan isi kepalanya, dengan sudut pandangnya yang berbeda dengan kebanyakan orang. Dia tidak (terlalu) suka menonton sepak bola. Dulu, pernah ku tanya alasannya kenapa dia tidak suka menonton sepak bola, karena kebanyakan lelaki suka dengan olahraga yang satu itu. Aku saja yang perempuan suka menonton sepak bola. Ternyata, dia melihat sepak bola dari sudut pandang lain. Jawabannya waktu itu, "sepak bola sudah di jadikan bisnis oleh orang-orang yang ada di lingkarannya, oleh sponsor-sponsor, sepak bola sudah tidak murni permainan lagi". Klasik! :)
Dia tau aku suka senja, ketika kita keluar dia juga sering menanyaiku ingin melihat matahari terbenam atau tidak, lalu kita akan mencari tempat yang bisa melihat matahari terbenam, tidak mewah, kadang di lantai atas gedung di kampusnya, kadang di pematang sawah, kadang di pinggir jalan raya, kadang di pantai. Dimana saja yang penting bisa melihat matahari tenggelam, itu sudah cukup membuatku bahagia. Meskipun ketika menikmati matahari tenggelam, dia cuma diam saja. Aku tidak tau, diamnya itu juga menikmati, atau membiarkan aku menikmati dan dia tidak ingin mengganggu. Karena setauku, dia tidak begitu mengagumi sunset seperti aku, tapi selalu menemaniku. :)
Dear diary,
Setelah begitu banyak cerita dan waktu aku habiskan dengannya, setelah kita saling mengenal dan memahami satu sama lain, hanya dengan sebuah alasan rumahku terlalu jauh dari rumahnya, entah kenapa orang tua kita tidak menyetujui hubungan ini. Tidak perlu ku jelaskan bagaimana perasaanku dan perasaannya waktu itu. Kita sama-sama terluka, sama-sama hancur. Sampai akhirnya kita putus baik-baik, menuruti apa mau orang tua kita. Dan akhirnya waktu lah yang membantu memperbaiki segalanya. Dan waktu pula yang mengingatkan lagi semuanya di acara pelatihan ini.
Dear diary,
Sudah hari ke 17. Ingin rasanya aku menyapanya terlebih dahulu, tapi aku tak sanggup. Benarkah dia tidak tau aku ada disini? Benarkah dia tidak pernah sedikitpun melihat wajahku diantara para peserta pelatihan ini? Aku mulai galau.
Dear diary,
Ini hari ke 21. Aku harus bagaimana?