Sabtu, 23 Juli 2016

Marry Your Daughter

Cerpen. Dari sudut pandang seorang lelaki. Fiksi.
Terinspirasi setelah memutar lagu Marry YourDaughter-nya Brian Mcknight.


Aku melihat-lihat box kecil merah yang ada di tanganku, buka-tutup, buka-tutup, buka lagi, tutup lagi, sambil sesekali melihat isinya. Kapan aku berani melamarmu? Batinku.

###

“Vin, tungguin dong..”
“Makanya kalo jalan jangan kayak kura-kura”
“Bantuin bawa gitu kek, berat ini tas nya” sahutnya mulai kesal.
Aku yang sudah beberapa meter berada di depannya kembali mundur dan menghampirinya, “sini tas nya”. Aku gak bermaksud apa-apa, cuma sebagai lelaki mana tega ku biarkan cewek yang kepayahan dengan ransel di punggungnya, tas jinjing besar di tangan kanannya dan kantong plastik ukuran sedang di tangan kirinya? Apalagi meninggalkannya jalan sendirian waktu malam begini sedangkan dia tinggal di asrama yang sama denganku dan aku adalah orang terdekatnya (saat itu) karena kita berasal dari kota yang sama. 

Aku tersenyum sendiri teringat kejadian 3 tahun yang lalu itu, ketika kita masih sama-sama mahasiswa baru. Setelah itu kita tidak pernah bertemu lagi, sampai sekitar sebulan yang lalu tanpa sengaja kita dipertemukan kembali. Di depan gedung fakultasku, dia memanggil namaku dengan nada dan panggilan khas nya sambil melambaikan tangannya ke arahku.
“Ngapain disini?” tanyaku menghampirinya.
“Nungguin temen, mau ngembaliin ini” dia mengangkat sebuah buku dari tangannya.
“Sumpah yaa sekarang tambah gemuk begini.. Kemarin KKN dimana?”  lanjutnya.
“Magetan. Kamu?”
“Kediri” jawabnya tersenyum. And it's the first time I realize that she has a sweet smile. Really!
“Gak pulkam?” pertanyaannya menyadarkan diriku kembali.
“paling bentar lagi. Kamu? Ini mau pulkam?” aku mulai menebak.
“Hu'um” dia tersenyum lagi.
“Mau dianterin? Sampe terminal?” entah kenapa kalimat itu yang terucap dari mulutku.
“Hahaa gausah kali, uda biasa sendiri”
“Eh, nomer kamu masih yang dulu kan?” Sialan! Stupid question again. Batinku.
“Bisa jadi, soalnya gak pernah ganti sih” katanya.

###

Siapa bilang cowok tidak pernah galau, tidak pernah patah hati? Kita para cowok sebenarnya juga sedih ketika tiba-tiba ditinggalkan kekasih begitu saja, apalagi untuk menikah dengan laki-laki lain, cuma kita tidak pandai menunjukkan kesedihan tersebut. Rasanya hatiku seperti dibanting dan pecah berkeping-keping ketika kekasihku melakukan hal itu padaku. Aku pernah down beberapa hari tapi aku memilih bangkit dan melanjutkan hidup.

Tapi berkat patah hati, aku telah mencapai puncak gunung beberapa kali. Ya, itu salah satu pelampiasanku agar aku tetap bahagia. Hal yang paling menarik menurutku dari sebuah pendakian adalah, aku bisa melihat ke Maha Kuasa an Tuhan yang membuat aku berdecak kagum berkali-kalidan  dan juga membuatku menangisi dosa-dosaku dan rendahnya diri ini ditengah ke Maha Kuasa an Tuhan. Lalu aku mulai berfikir, kenapa aku harus sedih dengan masalah kecil  seperti ini ketika aku punya Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kuasa?

Pada suatu sore aku ke pantai dekat rumah untuk menikmati sunset dan membuang galau yang sesekali masih datang menghampiri setelah patah hati, eh, lebih dari patah hati.. Hancur. Aku sebenarnya tidak terlalu suka pantai atau laut, aku lebih suka gunung. Tapi, tiba-tiba aku menjadi suka pantai dan sunset sore itu, cuma sore itu.. Karena ada momen menarik.

Gita, ya, ku lihat gadis itu disini juga, sepertinya dengan keluarganya. Ada 5 orang. Cowok 1, 3 cewek lainnya seumuran Gita—sepertinya, dan 1 ibu yang duduk di kursi roda. Ku perhatikan dari jauh, ketika yang lainnya asik berfoto, Gita malah tidak pernah jauh dari ibu yang ada di kursi roda tersebut. Sesekali dia menyuapi makanan dan mengelap sisa makanan di sekitar mulut ibu itu. Meskipun begitu tapi dia terlihat bahagia. Satu hal yang aku sadari saat itu, bahwa bahagia itu bermacam-macam bentuknya, ada yang begitu bahagia ketika berfoto-foto ria, ada juga yang bahagia ketika melihat orang lain bahagia.
Entah itu nilai plus untuk dia yang ke berapa, setelah terakhir aku memberinya nilai plus lagi karena dia telah menemaniku bangun dini hari menonton klub sepak bola favoritku main. Meskipun dia banyak komentar , “Courtuis itu cakep yaa...” sampai “yang nomer punggung  9 itu siapa sih? Curang banget mainnya” dsb. But, I like being awake with her. Keakraban yang baru terjalin satu bulan ini perlahan mengobati patah hatiku. 

Does she feel it?

###

“bro, Karin tuh.. Kemarin dia wa gue, dan dilihat dari gelagatnya sepertinya dia ingin balikan sama loe” Doni menepuk bahuku ketika orang yang dibicarakan menuju tempat parkir fakultas.
“males lah”
“hei, loe harus move on, bro, move on. Loe harus buktiin ke Wirda kalo loe itu strong, meskipun dia ninggalin loe dan memilih menikah dengan orang lain. Lagian, apa kurangnya loe sih, sudah pantaslah buat jadi imam. Heran gue kadang sama si Wirda itu”. Terlihat jelas kekesalan Doni di kalimat terakhirnya.
“Iya, aku bakal buktiin itu”
“serius? Ke Wirda?”
“yap”
“wih mantap.. Jadi, loe beneran bakal balikan sama Karin?”
“ya gak Karin juga kali... Loe lihat aja besok”

###

Belakangan ini, aku berfikir untuk langsung melamarnya. Ini bukan waktunya untuk main-main lagi dengan perasaan. Dan rencanaku sudah bulat, aku harus melamarnya, segera!
Siang itu langit cerah sekali. Aku mengendarai motorku untuk mengejar masa depan. Tak lupa ku bawa box merah yang sudah tidak tersembunyi manis di laci lemari, karena akhir-akhir ini aku sering mengeluarkannya dari tempat persembunyiannya. Semoga jawaban yang akan aku dapatkan juga secerah langit siang ini, dan cincin ini pas dan cocok terpasang di jari manisnya meskipun aku membelinya tanpa ukuran. 

Gang orange, 57 dukuh kawal.

Aku bernafas berat, bismillah... Laa haula wa laa quwwata illa billah.
“assalamualaikum” ucapku akhirnya.
Seorang pria menjawab salam dan menuju pintu. “mencari siapa, nak?”
“saya temannya Gita, pak...”
“oh....”
“tapi saya ada urusan dengan bapak” potongku sebelum bapak itu melanjutkan perkataannya. Gila! Badanku tiba-tiba panas dingin begini.
“dengan saya?” bapak itu memastikan apa yang aku katakan dan mulai terlihat khawatir.
“iya, pak” aku mengangguk.
“baiklah, silahkan masuk”.

Jarak antara pintu dan ruang tamu tidak jauh,kira-kira hanya 3 meter, tapi telah membuat langkahku terasa berat sekali. Aku grogi gak karuan. Tanganku panas dingin dan keringat di punggungku terasa mengalir. Aku tidak pernah senervous ini sebelumnya.

“ada apa dengan anak saya, nak”
“sebelumnya saya minta maaf karena saya grogi sekali saat ini. Maka maafkan jika nanti saya akan menyita banyak waktu bapak. Pak, saya Avicena Muhammad, saya menyukai putri bapak, Anggita Larasati. Dan saya bermaksud untuk melamar putri bapak.”
---------------
---------------
---------------
---------------

###

Kata bapak, kamu tadi ke rumah ya? (19.07)
Iya, trus? (19.10)
Bapak tadi bilang katanya kamu..... Kamu sehat gak sih? (19.11)
Bapakmu bilang katanya aku kenapa? Ganteng ya? ;-) (19.11)
ih, pede.. Kayaknya kamu mulai gak waras deh.. (19.12)
Aku serius, Git.. Jadi, kamu gimana? (19.12)
Kata bapakmu semua di serahkan kepadamu,
karena kamu yang akan menjalani
Dan kata bapakmu juga kamu lebih tau siapa aku daripada bapakmu (19.13)
Semoga jawabanmu tidak mengecewakanku, Git (19.16)
Vin.... (19.17)
Iya, Git? Duh kenapa aku deg-degan sekali begini? (19.17)
Vin, kamu serius? (19.17)
I swear to you with all of my heart, Git (19.18)
Kamu tau kan aku orangnya gimana?
Banyak kekuranganku.. (19.19)
Aku tau (19.19)
Trus? (19.20)
Dan aku tetap memilihmu (19.20)
Kenapa? (19.20)
Karena aku nyaman sama kamu.. (19.21)
Itu saja? (19.21)
Sebenarnya tidak, bahkan aku mencintaimu tanpa alasan,
mencintaimu apa adanya
You’re my everything, Git.. (19.23)
Kamu nanya-nanya terus, jadi jawabanmu gimana? (19.24)
Aku.... (19.25)
Gitaa, please...  (19.25)

Aku mulai deg-degan menunggu jawaban Gita. Ku lemparkan handphone ku keatas bantal. Aku takut membuka pesan selanjutnya.
Tuing-tuing, nada notifikasi wa ku berbunyi. Dengan berat tapi penasaran ku ambil handphone ku dank u tekan tombol power, nama Gita muncul disana. Bismillah… ucapku lirih.

Rasanya keberanianmu datang kesini dengan sepenuh hati dan bilang ke bapak akan tujuanmu,
tidak layak untuk ditolak, Vin J (19.28)

So, will you marry me? (19.30)
Yes, sure.. J


Tiba-tiba saja aku merasa menjadi orang paling bahagia di dunia. Aku membaringkan tubuhku di tempat tidur, tersenyum. Sayup-sayup ku dengar lagu Marry Your Daughter mengalun lembut dari laptop di meja kamarku.

She’ll be the most beautiful bride that I’ve ever seen
Can’t wait to smile
When she walks down the aisle
On the arm of her father, and the day that I marry your daughter

Terima kasih, Git. Ucapku lirih.

###

Pagi, Git… tiba-tiba aku inget wajah kesalmu ketika pulang dari LDK dulu :v :v
Cewek kecil bawa ransel gede, tas gede di tangan kanan-kiri :v
Tapi aku suka sama dia *titik dua bintang*  (05.46)
Aviiiin.... :3
Kamu masih inget kejadian itu?
Maluu ih X_X (06.05)

Masih Git, the first time kita kenal.. lalu dekat (?) J (06.09)
Aaaand you should know that at that first time I’ve fallen in love with you.
Itu rahasia yang tidak kamu tau Vin.. J (06.15)
Really? Pantesan kemaren kamu langsung nerima aku hehehe
Aku sangat senang mengetahuinya, Git
Aaand I’m also falling in love with you from now and forever (06.16)
Ingat waktu kita dancing in the rain in that December?
Waktu LDK? Di suatu sore sehari sebelum kita balik kampus?
Waktu itu kelompokmu sampingan sama kelompokku, and I really enjoy dancing while… sesekali ngeliatin kamu. (06.20)
Masyaallah Git,  maaf aku gak sadar tentang itu.. (06.21)
Aku janji, mulai sekarang aku akan ada untukmu, Git (06.22)
Aku percaya sama kamu, Vin… (06.22)
Makasih ya *titik dua bintang*(06.23)
*titik dua bintang* (06.24)


Titik dua bintang, jika ditulis di chat akan berubah menjadi emoticon cium. Tapi Gita tidak mau kita asal-asalan kalau menggunakan emoticon. Katanya, dia kadang geli sendiri, makanya kita mengganti emoticon cium dengan titik dua bintang. Gita mengajarkanku cara menjalin hubungan yang tidak alay. Dia tidak minta dipanggil sayang atau apa, dan kita setuju panggilan sayang kita adalah, “Gita (aku memanggilnya) dan Avin (dia memanggilku)".


Oiya, namaku Avicena Muhammad, biasanya dipanggil Avis. Tapi dari awal ketemu Gita, hanya dia yang manggil aku Avin. 

Selesai. 

Jumat, 22 Juli 2016

Semangat Pertama Sekolah

Hari ini adalah hari kedua masuk sekolah tahun ajaran baru. Seperti kemarin, hari ini aku mengantarkan anak pertamaku ke sekolah TK. Demi dia aku rela cuti kerja seminggu untuk menemaninya berada di lingkungan baru, sekolah. Sama seperti orang tua-orang tua lainnya.

“Bunda, besok kakak gausah ditungguin lagi kalo sekolah, kakak kan uda besar, uda berani disekolah sendiri, jadi bunda tetap bisa kerja seperti biasa”, kata anakku ketika kita memasuki gerbang sekolah. Aku terharu dengan yang diucapkannya, lalu ku rendahkan badanku mensejajarkan mataku dengan matanya dan menatapnya lembut, “kakak tidak apa-apa kalo tidak ditemenin bunda? sudah berani kalo ditinggal bunda?” kataku sambil membelai kerudung birunya. Dia mengangguk. “kakak kan bisa main sama teman-teman disitu bunda”, katanya sambil menunjuk ke ayunan, jungkat-jungkit dan mainan-mainan lainnya yang berada di depan kelasnya. “kakak juga punya bunda-bunda yang baik dan cantik (baca: Guru-guru TK)”, lanjutnya. Aku tersenyum, dia juga. Lalu disalaminya tanganku, “assalamualaikum, bunda…”, “wa’alaikumsalam, sayang”, jawaban salamku mengiringinya berlari bergabung bersama teman-temannya ditempat bermain. Dari kejauhan, kulihat dia tertawa ceria bermain dengan teman-teman barunya. Ternyata dia mudah bergaul dengan orang-orang baru disekitarnya, sama seperti ayahnya. Aku tersenyum.


Sebelum masuk kelas, bunda-bunda TK mengumpulkan semua siswa di lapangan. Ketika siswa baru diminta untuk memperkenalkan dirinya didepan-seperti yang dicontohkan bunda sebelumnya, dengan percaya diri anakku mengangkat tangan tinggi-tinggi lalu maju ke depan dan berbicara lantang, "halo teman-teman, nama saya Ann, Annelies Mellema Hermawan". :)) 




*Ditulis dari lantai 2 asrama Annur, terinspirasi ketika mendengar adik-adik TK Unggulan Annur berkenalan dengan Bunda dan teman-temannya di halaman sekolah. 

*telat diposting karena sempat jatuh sakit beberapa hari :)