Sabtu, 09 April 2016

Aku Ini Kenapa?

Cerbung: Kepingan Memori Yang Kembali
Part 1

Ririn?” suara seorang cowok memanggil namaku ketika aku keluar dari sebuah toko. Beberapa detik aku memandang wajahnya dan mencoba mengenalinya, “emm... Riyan ya?” ucapku mencoba menebak namanya. “Tepat sekali” dia memetik jarinya satu kali.“Gimana kabarmu? Ngapain disini?” lanjutnya. “Alhamdulillah baik, ini lagi belanja... Kamu sendiri? Nyari apa disini?”. “Ini ngisi bensin”. Percakapan kecil pun terjadi antara aku dan Riyan. Gak nyangka aku bisa bertemu teman SD ku disini, karena meskipun tetangga, tapi kita merantau keluar kota. Dan sejak pertemuan itu, kita keep in touch—entah lewat sms, bbm, wa atau facebook.

Aku tidak menyangka saja, seorang Riyan yang dulu bisa dibilang adalah ketua geng siswa-siswa nakal, sekarang yang begitu antusias untuk mengadakan kumpul bareng. Sejak pertemuanku dengannya di toko beberapa hari yang lalu, kita mulai mengumpulkan nomor telepon ataupun alamat facebook teman-teman kita semasa SD. Riyan yang membuat grup di facebook, akupun menyumbang alamat facebook teman SD yang aku tau. Awalnya cuma terkumpul 5 anggota, hingga bertambah menjadi 15 orang, lumayanlah... sedangkan teman seangkatan kita waktu itu ada 29. Jadi setidaknya sudah dapat 50%. Karena akhir-akhir ini facebook mulai jarang digunakan, Riyan berinisiatif membuat grup whatsap dan teman-teman setuju. Maka terbentuklah grup whatsap dengan nama “Alumni 2005”. Sejak ada grup WA itulah kita menjadi semakin lebih dekat. Sehingga, setelah itu terjadilah reuni SD setelah 9 tahun tidak bertemu.

###

Lebaran hari ke 4, 2015

Jadi, kamu yang dulu kecil mungil itu sekarang jadi gemuk gini, la? Riyan meledek Laila yang baru saja datang. Teman yang lainnya tersenyum saja melihatnya, begitupun aku. Selanjutnya, Arif dan Rahma yang datang. Ketika mereka nyamperin kita yang saat itu ada di mushola sekolah, sontak suara cie-ciee terdengar serentak dari dalam mushola. Tapi rupanya mereka bukanlah pasangan kekasih, kebetulan saja berangkat bareng karena rumah mereka searah. Arif dan Rahma mulai menyalami kita satu persatu, sambil mencoba mengenali wajah kita setelah 9 tahun tidak bertemu. “Emm... “ hayoo siapa? Sahutku sebelum Rahma selesai menebak siapa aku. “mbak Ririn kan?” dia melanjutkan. Aku tersenyum dan sedikit mengangguk, “bener kaaan, masih aja kalem kayak dulu” lanjutnya.
14 orang sudah terkumpul, memang tidak ada agenda resmi, jadi kita cuma ngumpul dan nantinya akan hangout entah kemana. Sambil menunggu kalau saja ada yang datang lagi, kita mulai berbincang-bincang.
Jadi, siapa aja nih yang sudah nikah? Masak cuma aku?” Alya melempar pertanyaan ke semua.
“Doakan aku sebentar lagi yaaa...” Diyan yang menjawab lalu terdengar suara cie-ciee dari semuanya.
“Dengar2 Mirna juga sudah nikah loh... “ sahut Izza. Tapi saat itu Mirna tidak datang.
“Rin, kamu kapan?” tiba-tiba Riyan melemparkan pertanyaan padaku. Dari dulu anak ini memang sering menggodaku, mentang-mentang aku pendiam.
“Santai aja keles, toh kalo aku segera menikah kamu juga belum punya pasangan buat diajak kondangan, kan?” jawabku.
“Alaaah rin, bilang aja kamu masih jomblo” ledek Riyan.
“Sialaan” jawabku sambil melempar kulit kacang ke arahnya.
Riyan tertawa menang, yang lain juga ikut tertawa.
“mbak Ririn, emang mau sama Riyan?” Sofi, tetanggaku menyahut.
“Emm, mikir berkali-kali dulu deh kalo mau jadiin riyan suami”. Kali ini giliran Riyan yang tertohok.
“Eh ngomong.ngomong Ririn dulu pendiam loh, kenapa sekarang jadi cerewet gini ya?” kata Riyan yang disetujui beberapa teman laki-laki yang lain.
“Dulu dulu, sekarang sekarang... Iya gak rin?” Wildan yang menjawab.
“Siip” ucapku sambil mengarahkan jempol ke Wildan.

Terdengar suara motor berhenti di depan kantor, kami yang ada di dalam mushola pun penasaran siapa yang datang. Dengan lincahnya dan badannya yang mungil Izza berlari ke jendela, mengintip siapa yang datang, Riyan dan Wildan membuntutinya.
Siapa?” rahma menyahut dari tempat kami duduk.
Fatih deh kayaknya” jawab Izza beberapa detik kemudian sambil berjalan kearah kami.
“iya, Fatih itu” Riyan menambahi.

Fatih juga teman seangkatan kita. Dia terbilang anak yang cukup pintar di kelas waktu itu, dan dia adalah lawanku untuk istiqomah mendapat ranking satu di kelas. Biasanya yang peringkat 1, 2 gantian antara aku dan Fatih, peringkat 3 nya tetanggaku, si Sofi. Meskipun akhirnya lebih banyak aku yang mendapat rangking 1, tp bagaimanapun juga aku geregetan dengan Fatih kalau dia berhasil merebut rangking 1.

Dulu waktu sekolah, aku paling suka pelajaran IPS, entah kenapa aku bisa menghafal nama-nama tokoh dalam pelajaran IPS dan bisa dibilang aku lumayan hafal letak negara-negara di dunia lewat melihat atlas, sampai akhirnya ketika berhasil menjadi juara kelas 4, aku mendapatkan hadiah globe mini dari guru kelasku, bu Indah namanya. Dan aku paling tidak suka pelajaran matematika, meskipun aku tidak bodoh-bodoh amat di pelajaran itu. Justru sebaliknya dengan aku, Sofi adalah siswi yang sangat suka dengan pelajaran yang menantang itu, bahkan sampai SMP pun dia masih menyukai pelajaran itu, yaa aku tau karena dia meneruskan di sekolah yang sama denganku. Sedangkan Fatih, dia ahli di pelajaran IPA. Suatu kali aku pernah bertanya ketika materi IPA tentang listrik seri dan pararel yang aku belum paham, dan dia tidak mau memberi tahuku. Rasanya ingin ku jitak saja kepalanya.

“assalamualaikum” Fatih masuk ke mushola, menghampiri kita dan mulai menyalami kita satu persatu. Astaga, sumpah dia terlihat keren pake banget daripada 9 tahun yang lalu. Tapi sepertinya masing songong sih..  Aku menebak-nebak sendiri.
“Ri...rin?” aku sedikit kaget ternyata dia sudah berada di depanku, “yes, exactly” jawabku sambil tersenyum. Sengaja ku jawab pakai bahasa asing karena dari kabar yang ku dengar Fatih menempuh kuliah di Jogja, gak tau jurusan apa. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi salah tingkah begini ketika Fatih datang. Oh My Godness, semoga tidak ada yang tau aku salah tingkah. Ketika sekolah dulu, aku pernah di jodoh-jodohkan dengan Fatih karena kita sama-sama siswa yang cukup pandai di kelas, tapi itu dulu dan aku tidak menghiraukannya. Tapi, kenapa sekarang malah sebaliknya?

“Uda jam sepuluh nih? Masih mau ningguin yang lain apa langsung hangout kemana gitu?”
“ayuk berangkat, sekalian sudah lapar ini...” hehee. Arif menimpali.
Ditentukan dulu dong tempatnya” Riyan menyahut.

Dan setelah beberapa menit berdiskusi disetujuilah tempatnya yaitu di Kencana Cafe. Semuanya berangkat, tak terkecuali Fatih.
Semua segera mengambil kendaraannya. Supaya tidak bergerombol, kita juga memutuskan untuk saling berboncengan. Dari awal aku memang sudah berboncengan dengan Sofi, dan Fatih membonceng Izza. Diam-diam ku perhatikan Fatih yang menunggu izza untuk naik di jok bagian belakangnya.
Aduuh aku ini kenapa??


Bersambung...

1 komentar:

  1. Harrah's Atlantic City - Mapyro
    View 문경 출장샵 detailed real-time 춘천 출장샵 driving directions to 대전광역 출장샵 Harrah's 인천광역 출장안마 Atlantic City Casino & Hotel, 진주 출장샵 777 Harrahs Blvd in Atlantic City, NJ.

    BalasHapus