Cerbung: Kepingan Memori yang Kembali Part 3
Bulan syawal memang musimnya nikah. Baru seminggu setelah lebaran aja aku sudah resepsi 3X. Dan selanjutnya aku akan resepsi di pernikahannya kakak angkatanku waktu di pondok dulu, aku di undang soalnya selain tetangga (meskipun rumah kita gak deket-deket amat), kakak kelasku itu juga lumayan deket sama aku sewaktu di pondok.
Di acara pernikahan mbak Mira—begitu aku memanggilnya, ternyata aku baru tau kalo Akbar adalah keponakannya kakak kelasku itu. Aku tau itu ketika ku lihat Akbar sibuk kesana-kemari ikut membantu terselenggaranya acara.
Oiya, Akbar adalah teman SD ku, dulu dia yang paling jago di pelajaran agama, meskipun untuk peringkat dia hanya ikut 5 besar. Waktu reuni kemaren dia gak hadir. Dia dulu waktu sekolah bisa dibilang deket dengan Fatih.
Baru di akhir acara, ketika para tamu mulai pulang aku menghentikannya ketika dia lewat di depanku, "akbar" panggilku dengan sedikit berteriak, "loh ririn? Kok bisa ada disini?" "iya, temennya mbak Mira. Kamu?” seakan Akbar paham dengan kebingunganku dan dia menjawab “ mbak Mira itu ammahku, rin” "wah gak nyangka ya, dunia selebar daun kelor", "bentar deh rin, kok bisa kamu temennya ammah Mira? Kan kamu seangkatan sama aku?”, "owwh jadi aku adik kelasnya mbak Mira waktu dipondok bar, tapi aku jawab ngasal kirain kamu keluarga jauhnya mbak Mira". Jawabku sambil tertawa. “Oh gitu, oh ya, Fatih disini juga" "apa?" itu adalah ekspresi kagetku ketika nama Fatih disebut, bukan karena aku kurang mendengar apa yang diucapkan Akbar". Akbar melambaikan tangannya ke arah Fatih, aku mengikuti arah pandangan matanya, dan benar saja, Fatih disana, dia berjalan menuju ke arah kita. “waah berasa reuni kecil ini” ujar akbar. “ayo duduk dulu, ngobrol-ngobrol dulu”. “Aku pulang aja deh, cewek sendiri” aku berusaha menghindar. “Eh jangan rin, disini dulu aja, temenin aku, lagian Akbar masih sibuk, kan? Ntar ketauan dong misi kita kalo aku sendirian aja” Fatih menjawab panjang lebar sambil melirik ke Akbar ketika mengucapkan kalimat terakhir. “misi? Emang misi apa sih?” aku mulai ikut duduk, penasaran dengan rencana 2 orang ini. Fatih dan Akbar tersenyum, “ntar tau sendiri deh” Akbar yang menjawab. “Okey, jadi aku sebagai apa nih?” Aku berusaha setenang mungkin dan tetap tersenyum. “Eh, aku tinggal bentar ya.. Bentar”. Akbar meninggalkan kami. "Tuh kan, apa aku bilang tadi" Fatih nyelutuk. Aku tersenyum, “kok belum balik, tih?" ”minggu depan mungkin..Kamu, kok masih di rumah juga?" dan percakapan pun terjadi antara kita berdua. Finally i got that time, God..
Kira-kira 10 menit kemudian Akbar datang menemui kami. Sepertinya dia sudah tidak sibuk. Setelah mengobrol tentang masa lalu sebentar, saatnya mereka melakukan misi mereka. “kita tunggu aja disini, ntar dia juga seliweran disini” “aku kok lumayan deg-degan ya, tapi penasaran juga orangnya seperti apa”. Aku yang tidak paham apa-apa nyelutuk aja “hmmm ini pasti masalah cewek” “cerdas sekali kau ini rin” Akbar memujiku, “ini aku mau ngenalin Fatih sama sepupuku, kali aja mereka cocok... Eh tapi bahasanya kok ngenalin ya, ngasih tau mungkin lebih tepatnya” lanjut Akbar sambil tertawa. “iya, dia maksa banget biar aku ngeliat sepupunya itu” ucap Fatih, dengan nada yang datar-datar saja.
“faraah” ucap akbar pada seorang perempuan yang bepakaian serba biru laut, hijabnya menutupi dada. Sepertinya ini target mereka. Aku membatin.
“tolong ambilin minum buat 2 temenku ini aku dong, pleeaseee”
“iya tunggu sebentar” ucap perempuan itu dengan tersenyum ramah.
“gimana?” tanya akbar Ketika perempuan itu sudah pergi.
“yaa lumayan” jawab Fatih sambil mengangguk-angguk
“Kalo menurut kamu gimana, rin?”
“mmm cantik, anggun, ramah, hijaber lagi” jawabku berusaha menyembunyikan badmoodku mendadak.
Perempuan yang dipanggil Farah tadi datang kembali dengan membawa nampan yang berisi teh, mendekati tempat duduk kami. Dan menaruh teh tersebut di depan masing-masing dari kami.
“farah, ini namanya Ririn” ucap akbar sambil mengenalkan aku pada Farah. Yang dikenalkan lalu menyalami tanganku sambil menyebutkan namanya, akupun melakukan hal yang sama.
“kalo yang ini namanya fatih” farah melirik ke arah fatih, begitu pula fatih. Keduanya sama-sama tersenyum. Gila, Fatih pandai sekali mengatur waktu kapan waktunya melirik cewek itu dan kapan waktunya melemparkan senyum.
“she will remember me, I swear!” ucap Fatih ketika Farah sudah berlalu.
“Kok bisa gitu, tih?” aku penasaran alasan fatih ngomong seperti itu.
“ada jurusnya riiiin” jawab fatih tertawa. Dia memanjangkan huruf i ketika menyebut namaku.
“Jurus pertama, beri kesan menarik pada gebetan supaya si gebetan tidak melupakanmu begitu saja” Akbar menimpali sambil mengerlingkan 1 matanya ke fatih.
“oh jadi kebanyakan cowok ngelakuin hal itu ya? Baru tau” aku melipat tangan di perutkuku sambil menyandarkan punggungku di kursi.
“emang kamu gak pernah tertarik sama cowok karena kesan pertama, rin?”
Akbar nyelutuk.
“mmmmmmm.... Apa sih? Gak mau jawab ah, sensitif aku kalo di tanya hal beginian, sama cowok lagi. Udah ah mau pulang, misi sudah selesai kan?” lanjutku.
Finally, aku pamit duluan...meninggalkan Fatih dan Akbar yang masih mengobrol, mungkin melanjutkan obrolannya tentang Farah. Pulang duluan is the best way, I think... Daripada aku harus ikut membicarakan cewek lain dengan Fatih?
Okey, aku harus menekankan kepada hatiku sekali lagi. Memangnya Fatih itu siapanya aku? Kenapa aku tiba-tiba cemburu gak jelas begini? Sudah cukup rin...cukup! Aku beberapa kali memukul keningku.